Posts tagged ‘larva’

Hujan Asam: Mengganggu Kelangsungan Hidup Larva Ikan Patin

Memasuki bulan November 2013 ditandai dengan intensitas curah hujan yang cukup tinggi, hingga memenuhi sungai-sungai yang berada disepanjang jalur sungai Ciliwung dan Cisadane. Akibatnya para pencari cacing tangkapan alam kesulitan mendapatkan nafkah. Hal ini berdampak pada pembudidaya ikan Patin yang sangat bergantung pada keberadan cacing setelah larva berumur diatas 5 hari. Kelangkaan cacing tidak begitu menjadi masalah bagi pembudidaya, karena bias digantikan dengan pakan alami lain seperti kutu air.

Yang lebih mengkhawatirkan adalah turunnya kwalitas air sumur akibat hujan asam yang turun pada awal musim penghujan. Air sumur yang biasanya memiliki pH normal 7 dapat turun menjadi asam dikisaran 5.5 sampai 6. Dengan pH yang cenderung asam ini sangat mengganggu kelangsungan hidup larva ikan Patin.

Hujan asam terjadi akibat polutan udara, khususnya gas Sulfur Oksida (SO2) dan gas Nitrogen Oksida (NOx). Polutan ini bersumber dari alam maupun dari aktivitas manusia seperti asap industri, kendaraan bermotor dan lain sebagainya. Ait hujan secara alami bersifat asam mencapai pH 5,65. akibat larutnya gas CO2 dalam air di atmosfir pada konsentrasi 350 ppm (Manahan, 2005). Dengan adanya polutan udara tersebut di atmosfir bereaksi dengan uap air membentuk Asam Sulfat dan Asam Nitrat sehingga menyebabkan pH air hujan rendah <5,65 dan disebut hujan asam (Menz dan Hans, 2004; Manahan, 2005). Hujan asam dapat menyebabkan kerusakan tanaman, kerusakan bangunan, pengasaman tanah dan air tanah, pengasaman air danau serta mempengaruhi makhluk hidup dalam air, dan dapat berpengaruh terhadap kualitas air sumur.

Image

Kualitas air sumur dapat terpengaruh oleh kualitas air hujan terutama pada wilayah yang mengalami hujan asam secara terus menerus. Faktor-faktor lain seperti kondisi tanah juga ikut berpengaruh terhadap kualitas air sumur.

Wilayah Kabupaten Bogor memilki peluang cukup besar untuk mengalami hujan asam, karena Kabupaten Bogor berdekatan dengan Kota padat kendaraan bermotor Jakarta dan beberapa daerah industri seperti Tangerang dan Cibinong yang telah memilki intensitas hujan asam yang tinggi. Rata-rata pH air hujan di kedua kota ini cenderung menurun dari tahun ke tahun dan mencapai pH 4,63 pada tahun 2008 (Eanet, 2009). Selain dari itu aktivitas industri dan transportasi di wilayah Kabupaten Bogor memungkinkan menghasilkan polutan udara cukup tinggi yang dapat menyebabkan hujan asam.

Cibinong-Citeureup Kabupaten Bogor menunjukkan bahwa hujan asam terjadi dengan intensitas tinggi yaitu pH 4,7 terkonsentrasi pada daerah sekitar pusat industri dengan radius beberapa km, dan intensitas hujan asam semakin menurun dengan semakin jauh jarak dari pusat hujan asam sampai radius 10 km kemudian kembali normal (pH>5,6) (Sutanto et al., 2002). Hujan asam telah terjadi di Cisarua-Bogor dengan pH< 5,6 sejak 1989-2004 dengan frekuensi kejadian sebanyak 72% (Budiwati et al., 2006). Pengamatan air hujan di berbagai tempat di daerah Kabupaten Bogor menunjukkan bahwa kualitas air hujan memiliki pH rata-rata 5,09 (Diapari, 2009) artinya daerah Bogor cenderung mengalami hujan asam secara terus-menerus.

Hujan asam secara terus menerus akan menyebabkan peningkatan kadar polutan dalam air khususnya kadar nitrat. Penurunan kualitas air sumur dapat terus berlanjut hingga melebihi ambang batas yang dipersyaratkan dan akan membahayakan kesehatan.

🙂

Daya Tarik Usaha Pembenihan Ikan Patin

Usaha pembenihan menjadi usaha yang lebih menarik dengan beberapa kelebihan, antara lain:

Kepadatan Tinggi

Kepadatan Tinggi

1. Pembenihan adalah awal siklus dari usaha perikanan.
Ibarat membangun rumah, pembenihan adalah membangun pondasi dasar keberhasilan perikanan budidaya. Pada segmen usaha pembenihan ini kwalitas bibit yang dihasilkan lebih diutamakan dari kwantitas produksi. Oleh karena usaha pembenihan adalah awal siklus usaha perikanan, maka tanpa pembenihan, kegiatan pembesaran tidak dapat berjalan. Mutlak kegiatan usaha pembenihan dibutuhkan.

2. Resiko penjualan tidak terlalu besar
Terkadang hasil dari pembenihan tidak dapat diserap pasar seluruhnya sehingga penjualan harus ditunda. Menunda penjualan bibit Patin tidak berarti akan mengalami kerugian, justru dengan penambahan biaya pakan yang sedikit akan menghasilkan keuntungan yang lebih besar.

3. Periode singkat
Siklus usaha pembenihan ikan Patin relative singkat, dari mulai 4 hari panen (produksi larva) sampai dengan 2 bulan (produksi ukuran 3inci up). Dengan siklus yang pendek maka perputaran uang akan semakin cepat.

4. Area usaha tidak terlalu luas
Hanya dengan kwalitas air yang baik dan kwantitas yang banyak dengan lahan seluas 3 x 4 meter, usaha pembenihan ikan Patin sudah dapat dimulai untuk memproduksi bibit Patin ukuran 1”+ sebanyak 100.000 ekor.

5. Ikan Patin multi fungsi
Pada saat masih kecil (2” – 4”) ikan Patin dengan tubuh yang berwarna keperakan akan berkilap bila terkena cahaya, untuk kilauan tersebut ikan Patin diberi nama iridescent shark (warna warni, seperti pelangi)

Ikan Patin Albino

Ikan Patin Albino

Baca juga:
KEP-02-MEN-2007 tentang Cara Budidaya Ikan yang Baik
SNI 7471.3-2009 Ikan patin jambal (Pangasius djambal) kelas benih sebar

Artemia Instant = VITELLUS

Kultur Artemia bagi pembudidaya ikan adalah rutinitas yang biasa dilakukan sesaat setelah larva menetas.  Untuk menetaskan Artemia secara sempurna diperlukan: air laut atau air tawar dicampur garam non yodium dengan pH 8, airasi yang kencang, sinar lampu, suhu air antara 28o – 30o C, waktu menetas antara 18 – 24 jam dan hasil tetas yang bervariasi, yang pasti tidak akan menetas sampai 100%. Langkah selanjutnya panen artemia: memisahkan cangkang dan nauplli, kemudian membilas nauplli sebelum diberikan ke larva ikan. Belum lagi area yang harus disediakan untuk mengultur artemia dalam jumlah banyak, sampai larva berusia 2 – 6 hari. Artemia Cyst Sebuah trobosan baru dari BernAqua NV, Belgium, telah memproduksi pakan alami berupa ARTEMIA VITELLUS CYSTS. Bahan produk ini sebenarnya adalah Artemia juga, hanya saja VITELLUS atau yolks atau kuning telur Artemia yang dikeluarkan dari cangkangnya dan dikemas dalam kaleng. Secara detail didalam cangkang artemia mengandung embrio yang terbentuk dari sejumlah kecil sel sebagai cikal bakal embrio dan dikelilingi oleh cadangan nutrisi yang sangat banyak yang disebut yolk platelet (Clegg, 2005). Yolk platelet ini tersusun teratur hingga mudah diserap embrio saat proses pertumbuhan dalam cangkang. Yolk platelet berukuran lebar 3 micrometer dan panjang 5 micrometer. Bila yolk platelet ini diekstrak dan diolah menjadi ukuran partikel yang tempat, yolk platelet ini memiliki gizi yang sifatnya mirip atau lebih baik dari Artemia nauplii hidup. Yolk Platelets Cara penggunaan VITELLUS CYSTS cukup mudah langsung diberi makan ke larva tanpa harus mengkultur. Pakan larva VITELLUS CYSTS ini mengapung, tidak mencemari air dan mudah dicerna larva. Produk dikemas dalam kaleng dengan berat 454 gram. Simpan ditempat dingin dan kering, suhu terbaik penyimpanan adalah 4o C, jangan melebihi 20o C dan kadaluarsa dalam waktu 2 tahun. Berikut nutrisi yang terkandung dalam VITELLUS CYSTS. Artemia Cyst Nutrient Untuk keterangan lebih lanjut silakan klik di sini Ade Irwan – INVENDO Akuakultur

 

 

Faktor Kanibalis Larva Patin

Tingginya tingkat kematian larva ikan Patin (Pangasius hypophthalmus) sering diduga akibat sifat kanibalisme. Sebuah penelitian menuliskan, bahwa tingginya kematian larva patin tidak berhubungan dengan masalah kurang makan atau agresivitas, tetapi lebih kepada konsekuensi dari pola perkembangan spesies ini pada tingkat larva.

Embrio larva Patin saat menetas sudah tumbuh gigi  seperti duri tajam dan panjang sekitar 100 micrometer, yang menyembul keluar dari mulut dan sulit menutup kembali saat awal menemukan makan selama  60 jam setelah pembuahan. Pada awal menemukan makan, tinggi bukaan mulut melebihi tinggi badan, sehingga larva dapat melahap larva lainnya pada setiap bagian tubuh.

Oleh karena perkembangan sirip dada yang terlambat membuat larva patin berenang tidak terkontrol. Oleh karena itu berkumpulnya larva dapat mengakibatkan kematian.

Yang menarik adalah berhentinya pertumbuhan duri (gigi) pada rahang setelah kuning telur diresap sempurna, yaitu 95 jam setelah pembuahan.

image

Secara keseluruhan, perkembangan morfologi larva patin dari mulai pertumbuhan gigi (duri halus dimulut), bukaan mulut yg melebihi tinggi badan, sirip dada yang belum sempurna menjadi sebab terjadinya tabrakan antara larva yang menyebabkan kematian, peristiwa ini terjadi untuk beberapa jam saja yang mengakibatkan kematin, dan beberapa hari mengakibatkan luka.

Sumber: http://yadda.icm.edu.pl