Posts from the ‘Budidaya’ Category

Keseimbangan: Ikan, Lingkungan dan Patogen.

Setidaknya ada tiga penyebab utama penyakit pada ikan:

  • Keberadaan patogen lingkungan
  • Daya tampung kolam.
  • Lingkungan air yang tidak nyaman.

Keseimbangan.

Patogen (misalnya bakteri, virus, jamur dan parasit) umumnya ditemukan di semua perairan, namun ikan memiliki daya tahan yang cukup terhadap pantogen. Mereka juga dapat menyesuaikan diri dengan perubahan lingkungan dan sehingga dapat menghindari penyakit akibat infeksi patogen.

Keseimbangan Ikan, Patogen dan Lingkungan

Patogen Meningkat

Bila keberadaan patogen dalam air meningkat tajam karena faktor eksternal, dan ketahanan alami ikan tidak dapat mengatasi jumlah patogen yang semakin meningkat, ikan akan menjadi rentan terhadap infeksi dan penyakit.

Pantogen Meningkat


Lingkungan Memburuk

Selain itu, faktor eksternal juga dapat menyebabkan perubahan drastis pada kualitas air, sehingga kesehatan ikan memburuk dan daya tahan  ikan menjadi rendah. Menjadi rawan terhadap infeksi patogen dan penyakit ikan atau kematian meningkat.

Lingkungan Tidak Memadahi


#CatfishFabrication

Pengertian Sertifikasi dan Cara Pembenihan Ikan yang Baik (CPIB)

Sertifikasi adalah adalah rangkaian kegiatan dimana lembaga sertifikasi pemerintah atau lembaga sertifikasi yang telah diakreditasi oleh Komite Akreditasi Nasional memberikan jaminan tertulis bahwa produk, jasa, proses atau individu telah memenuhi persyaratan standar atau spesifikasi teknis tertentu yang dipersyaratkan (Direktorat Perbenihan Dirjen Perikanan Budidaya, 2014).

Dalam Pedoman Umum CPIB (2008) disebutkan bahwa Cara Pembenihan Ikan yang Baik (CPIB) adalah cara mengembangbiakan ikan dengan cara melakukan manajemen induk, pemijahan,  penetasan telur, pemeliharaan larva/benih dalam lingkungan yang terkontrol, melalui penerapan teknologi yang memenuhi persyaratan  biosecurity, mampu telusur (traceability) dan keamanan pangan (food safety).

Dijelaskan lebih lanjut dalam Panduan Check List Audit CPIB Skala Kecil (2014), bahwa persyaratan yang harus dipenuhi dalam CPIB adalah sebagai berikut :

A.      Persyaratan Teknis

1)   Persyaratan lokasi : Bebas banjir dan bahan cemaran, mudah dijangkau, tersedia sumber energi / listrik, serta tersedianya sarana komunikasi dan transportasi.

2)   Persyaratan prasarana dan sarana, meliputi :

a.       Ruangan/Tempat : pengemasan, administrasi, mesin, penyimpanan peralatan, dan penyimpanan pakan, bahan kimia, dan obat-obatan.

b.      Bak/kolam : pengendapan/filterisasi/tandon, karantina induk, pemeliharaan induk, pemijahan dan penetasan, pemeliharaan benih, kultur pakan hidup, penampungan benih hasil panen, dan pengolahan limbah.

c.       Peralatan/mesin : kelengkapan peralatan produksi dan peralatan laboratorium (pH meter dan termometer).

3)   Pengelolaan air, meliputi :

a.       Pengendapan / filtrasi / sterilisasi sehingga air layak untuk pemeliharaan induk/benih dan produksi pakan hidup,

b.      Pengukuran parameter kualitas air (suhu, pH dan Salinitas)

4)   Pengelolaan induk, meliputi :

a.       Pemilihan induk : umur, ukuran dan kualitas sesuai persyaratan serta memiliki Surat Keterangan Asal (SKA)

b.      Karantina induk untuk mencegah masuknya organisme pathogen

c.       Pemeliharaan Induk: kondisi ruangan dan wadah sesuai untuk pematangan gonad, perkawinan, pemijahan, fertilisasi dan penetasan.

5)      Persyaratan pakan, meliputi :

a.       Pakan komersial :

1.      Pakan Komersial yang digunakan telah terdaftar di KKP

2.      Kandungan nutrisi pakan sesuai dengan kebutuhan nutrisi induk/benih

3.      Kemasan pakan harus mencantumkan kandungan nutrisi, cara penyimpanan dan waktu kadaluarsa

4.      Penyimpanan sesuai persyaratan label kemasan

5.      Penyimpanan terpisah dari bahan kontaminan berbahaya

6.      Pemberian pakan sesuai jenis, dosis dan frekuensi

b.      Pakan formula buatan sendiri :

1.      Bahan yang digunakan tidak berbahaya dan tidak dilarang

2.      Kandungan nutrisi pakan sesuai dengan kebutuhan nutrisi induk dan benih yang didukung dengan hasil uji

3.      Penyimpanan sesuai dengan persyaratan

4.      Pemberian pakan sesuai dengan jenis, dosis dan frekuensi

c.       Pakan hidup :

1.      Wadah pakan hidup terpisah dengan bagian lainnya dan tidak mudah terkontaminasi

2.      Pupuk/bahan yang digunakan tidak dilarang

3.      Dilakukan treatment (disinfeksi / bahan lain yang tidak dilarang) untuk pakan hidup dari alam

d.      Pakan segar : Penyimpanan pakan segar harus pada lemari pembeku (freezer)

6)      Pengelolaan Benih : Aklimasi benih di setiap tahapan pemeliharaan, Pengamatan pertumbuhan, sintasan,keseragaman dan abnormalitas, serta Pengamatan kesehatan dilakukan berkala secara visual

7)      Pemanenan Benih : Peralatan dan bahan panen bersih dan sesuai kebutuhan dan Pemanenan benih dilakukan dengan baik untuk mencegah kerusakan fisik dan stress

8)      Pengemasan Benih : Peralatan dan bahan pengemasan bersih dan sesuai kebutuhan dan Kepadatan benih sesuai jenis, umur dan ukuran ikan serta waktu tempuh.

B.       Persyaratan Manajemen

1)      Struktur Organisasi dan SDM

2)      Dokumentasi dan Rekaman

C.       Persyaratan Keamanan Pangan

1)      Sumber air terbebas dari pencemaran

2)      Tidak menggunakan bahan kimia dan obat-obatan yang dilarang oleh KKP

D.      Persyaratan Lingkungan

1)      Sanitasi lingkungan

2)      Melakukan biosecurity

Penulis: Miskun Susilo, A.Md. (Penyuluh Perikanan Pelaksana Lanjutan) 

Pantogen

Patogen (Bahasa Yunani: “penyebab penderitaan”) adalah agen biologis yang menyebabkan penyakit pada inangnya.[1] Sebutan lain dari patogen adalah mikroorganisme parasit.[2] Umumnya istilah ini diberikan untuk agen yang mengacaukan fisiologi normal hewan atau tumbuhan multiselular. Namun, patogen dapat pula menginfeksi organisme uniselular dari semua kerajaan biologi.[1]
disease_venns
Umumnya, hanya organisme yang sangat patogen yang dapat menyebabkan penyakit, sementara sisanya jarang menimbulkan penyakit. Patogen oportunis adalah patogen yang jarang menyebabkan penyakit pada orang-orang yang memiliki imunokompetensi (immunocompetent) namun dapat menyebabkan penyakit/infeksi yang serius pada orang yang tidak memiliki imunokompetensi (immunocompromised).[1] Patogen oportunis ini umumnya adalah anggota dari flora normal pada tubuh.[1] Istilah oportunis sendiri merujuk kepada kemampuan dari suatu organisme untuk mengambil kesempatan yang diberikan oleh penurunan sistem pertahanan inang untuk menimbulkan penyakit.[1]

Pada umumnya semua patogen pernah berada di luar sel tubuh dengan rentang waktu tertentu (ekstraselular) saat mereka terpapar oleh mekanisme antibodi, namun saat patogen memasuki fase intraselular yang tidak terjangkau oleh antibodi, sel T akan memainkan perannya.[3]

Sel T adalah sel di dalam salah satu grup sel darah putih yang diketahui sebagai limfosit dan memainkan peran utama pada kekebalan selular. Sel T mampu membedakan jenis patogen dengan kemampuan berevolusi sepanjang waktu demi peningkatan kekebalan setiap kali tubuh terpapar patogen. Hal ini dimungkinkan karena sejumlah sel T teraktivasi menjadi sel T memori dengan kemampuan untuk berkembangbiak dengan cepat untuk melawan infeksi yang mungkin terulang kembali. Kemampuan sel T untuk mengingat infeksi tertentu dan sistematika perlawanannya, dieksploitasi sepanjang proses vaksinasi, yang dipelajari pada sistem kekebalan tiruan.

Virulensi

Virulensi adalah derajat tingkat patogenitas yang diukur oleh banyaknya organisme yang diperlukan untuk menimbulkan penyakit pada jangka waktu tertentu.[4][2] Virulensi berkaitan erat dengan infeksi dan penyakit: infeksi merujuk pada suatu situasi di mana suatu mikroorganisme telah menetap dan tumbuh pada suatu inang, dalam hal ini mikrorganisme tersebut dapat melukai atau tidak melukai inangnya; sementara penyakit adalah kerusakan atau cedera pada inang yang mengganggu fungsi tubuh inang. [2] Sebagai contoh, dosis letal 50%/ 50%lethal dose (LD50) adalah jumlah organisme yang diperlukan untuk membunuh setengah dari jumlah inang yang diserang.[4] Sementara dosis infeksius 50%/ 50%infectious dose (ID50) adalah jumlah organisme patogen yang dibutuhkan untuk menginfeksi 50% dari total inang yang diserang. ID50 dari tiap organisme berbeda-beda, sebagai contoh, Shigella memiliki ID50 kurang dari 100 organisme sementara Salmonella memiliki ID50 sekitar 100.000 organisme.[4] Dosis infeksius dari suatu organisme tergantung dari faktor virulensi mereka.[4]
Faktor Virulensi Bakteri

Transmisibilitas: Tahap pertama dari proses infeksi adalah masuknya mikroorganisme ke dalam inang melalui satu atau beberapa jalur: pernapasan, pencernaan (gastrointestinal), urogenitalia, atau kulit yang telah terluka. setelah masuk, patogen harus melalui brmacam-macam sistem pertahanan tubuh sebelum dapat hidup dan berkembangbiak di dalam inangnya.[4] Contoh sistem pertahanan inang meliputi kondisi asam pada perut dan saluran urogenitalia, fagositosis oleh sel darah putih, dan bermacam-macam enzim hidroitik dan proteolitik yang dapat ditemukan di kelenjar saliva, perut, dan usus halus.[4] Bakteri yang memiliki kapsul polisakarida di bagian luarnya seperti Streptococcus pneumoniae dan Neisseria meningitidis memiliki kesempatan lebih besar untuk bertahan hidup.[4]
Pelekatan: Beberapa bakteri seperti Escherichia coli menggunakan en:pili untuk melekat pada permukaan sel inang mereka.[4] Bakteri lain memilki molekul adhesi/pelekatan pada permukaan sel mereka atau dinding sel yang hidrofobik seingga mereka dapat menempel pada membran sel inang.[4] Pelekatan meningkatkan virulensi dengan cara mencegah bakteri terbawa oleh mukus atau organ karena aliran cairan seperti pada saluran urin dan pencernaan.[4]
Kemampuan invasif: bakteri invasif adalah bakteri yang dapat masuk ke dalam sel inang atau menembus permukaan kelenjar mukus sehingga menyebar dari titik awal infeksi.[4] Kemampuan invasif didukung oleh adanya enzim yang mendegradasi matriks ektraseluler seperti kolagenase.[4]
Toksin bakteri: Beberapa bakteri memproduksi toksin atau racun yang dapat dibagi menjadi dua jenis yaitu: endotoksin dan eksotoksin.[4] Eksotoksin adalh protein yang disekresikan oleh bakteri gram positif dan gram negatif. Di sisi lain, endotoksin adalah lipopolisakarida yang tidak disekresikan melainkan terdapat pada dinding sel bakteri gram negatif.[4]

 

Rujukan:

1 ^ a b c d e Warren Levinson. 2008. Review of Medical Microbiology & Immunology, Tenth Edition. New York: The McGraw-Hill Companies, Inc
2 ^ a b c d Madigan MT, Martinko JM, Brock TD. 2006. Brock Biology of Microorgnisms. New Jersey: Pearson Prentice Hall.
3 ^ (Inggris)”Figure 10.4. Pathogens found in various compartments of the body”. Charles A. Janeway, et al. Diakses 2010-03-17.
4 ^ a b c d e f g h i j k l m n Harvey RA, Champe PC, Fisher BD, Strohl WA. 2007. Microbiology. Philadelphia : Lippincott Williams & Wilkin

Sumber: id.wikipedia.org

Trik Mas Kesit untuk Kesehatkan Si Kumis

image

Pembudidaya harus memperhatikan kesehatan lele dan lingkungan budidaya.

Hujan turun yang tidak menentu bisa mengganggu proses budidaya ikan berkumis ini hingga menimbulkan kematian. Curah hujan tinggi seharian penuh dan tanpa perlindungan tambahan menyebabkan lele siap panen berukuran 5 ekor/kg milik salah seorang pembudidaya lele sistem bioflok di Sukabumi, Jawa Barat, mengalami kematian massal. Akibatnya, pembudidaya rugi dan kehilangan sebanyak 180 kg lele siap panen. Lantas, bagaimana mencegahnya?

Waspada Hujan

Menurut Kesit Tisna Wibawa, perekayasa di Balai Besar Pengembangan Budidaya Air Tawar (BBPBAT) Sukabumi, Jawa Barat, hujan yang datang terus menerus bisa menyebabkan rendahnya kualitas lingkungan budidaya secara mendadak. Yaitu: perubahan derajat keasaman (pH), fluktuasi suhu, kematian plankton dan bakteri bermanfaat, dominasi amonium, hingga penumpukan logam berat yang terbawa air hujan.

Perubahan lingkungan budidaya yang mendadak membuat lele kaget dan menjadi stres. “Awalnya pasti stres, nggak mau makan, terus imun tubuh menurun karena tidak ada nutrisi yang mendukung dia, hasilnya rentan penyakit. Penyakit akan gampang menyerang ditambah dengan kondisi lingkungan yang tidak mendukung,” ulas Kesit terperinci. Apalagi pada budidaya lele sistem probiotik dan bioflok yang mengandalkan padat tebar tinggi, kualitas air kolam budidaya memerlukan perhatian intensif. Salah kelola, kerugianlah yang didapat.

Secara fisik, lele stres terlihat pucat dengan produksi lendir meningkat sehingga lapisan lendirnya menipis dan aktif melompat-lompat di di pinggiran kolam. Kesit menjabarkan, “Kalau lendirinya tipis, akan mudah ditempeli jamur. Apalagi dia bergesekan sama temennya, akhirnya ada yang luka. Di situ mulai diserang.” Kolam yang awalnya hijau atau cokelat juga akan berubah menjadi bening karena kematian plankton dan bakteri. Lele juga bisa keracunan amonium yang mendorong kematian massal secara mendadak. Jika kondisi ini dibiarkan, dalam hitungan jam hingga dua hari, lele yang dibudidaya mulai menggantung di permukaan air, respon makan hilang, kemudian mati massal.

Imunostimulan

Menurut Kesit, saat cuaca tidak menentu antara panas dan hujan, kunci utama keberhasilan budidaya adalah kesehatan ikan. Caranya dengan meningkatkan daya tahan tubuh pemilik nama ilmiah Clarias battracus itu dengan memberikan imunostimulan dan vitamin. “Itu harus selalu tersedia. Karena kalau sudah lingkungan yang penyebabnya, tidak ada cara lagi kecuali kita harus membikin daya tahan tubuh lele benar-benar kuat,” papar penemu kolam sistem paket padat tebar tinggi (budidaya lele sistem probiotik) ini.

Kesit menerangkan, saat musim penghujan dengan intensitas tinggi nafsu makan lele akan berkurang sehingga mudah terserang penyakit. Imunostimulan meningkatkan daya tahan lele dengan cara mendorong nafsu makan seperti pada cuaca normal. Ia menyarankan penggunaan imunostimulan herbal yang mengandung ekstrak bawang putih, kencur, rumput teki, dan bakteri Bacillus karena efeknya lebih terlihat. Imunostimulan ini diberikan cukup satu hari sekali jika hujan berlangsung terus menerus. Bilaintensitas hujan mulai menurun, imunostimulan cukup diimbuhkan 2 – 7 hari sekali.

Imunostimulan

Imunostimulan

Sementara, pemberian vitamin C akan memberikan efek hangat dalam tubuh ikan sehingga nyaman untuk makan. Vitamin rutin disajikan sekali setiap hari sesuai dosis yang tertera pada label kemasan. Kesit memberikan dua jenis pakan, yaitu pakan apung dan pakan tenggelam. Pakan apung diberikan berdasarkan adlibitum (sekenyangnya),sedangkan pakan tenggelam sebanyak 3% – 5% bobot tubuh. “Karena kalau pakan apung dia kenyang atau tidak ‘kan kelihatan dari respon makan dan kecepatan makannya,” ulas dia.

Lingkungan Budidaya

Untuk menjaga lingkungan budidaya, sambung Kesit, perlu perlakuan khusus seperti penambahan kapur dolomit atau kapur tohor sebanyak 15 – 25 gr/msore hari. “Tergantung ukuran ikan. Kalau masih ukuran 3 – 7 cm, kasih 15 gr/m3,” sarannya. Penambahan kapur bertujuan menstabilkan pH agar perairan tidak masam dan perubahan suhu tidak terlalu rendah. Suhu air pada cuaca normal berkisar 26° – 29°C. Namun, saat musim penghujan suhu bisa turun hingga 24°C. Yang harus dihindarkan pembudidaya, imbuhnya, suhu meluncur tajam dari 29°C langsung ke 24°C.

Selanjutnya, tambahkan mineral air berupa garam dengan dosis sebanyak dolomit selepas hujan turun. Probiotik pun wajib diberikan. Probiotik bermanfaat menguraikan sisa-sisa makanan yang terbuang dan menjaga kestabilan komposisi bakteri dalam air. Kesit mengingatkan,  setidaknya probiotik harus mengandung dua jenis bakteri. Yakni, bakteri yang berfungsi untuk menguraikan nitrit seperti Bacillus atau Nitrobacter dan bakteri yang menguraikan amoniak, seperti Nitrosomonas.

Kolam yang berbau terjdi karena banyak sisa pakan dan menghasilkan amoniak. Ini memerlukan kerja bakteri Nitrosomonas untuk menguraikan amoniak agar tidak meracuni ikan. Amoniak diurai menjadi nitrit. Selanjutnya, nitrit dimanfaatkan Bacillus atau Nitrobacter menjadi nitrat yang dimanfaatkan sebagai unsur hara bagi fitoplankton. Kesit menilai, hal inilah yang kurang diperhatikan pembudidaya. Mereka memberikan probiotik tanpa melihat komposisi bakteri yang terkandung di dalamnya sehingga probiotik tidak bisa bekerja secara efektif. “Makanya banyak kejadian kolam bau walaupun dikasih probiotik yang harganya mahal, itu karena fungsinya tidak sesuai,”cetusnya.

Kandungan amoniak tinggi akan sangat bahaya kala hujanturun. Polutan kondisi air yang menurun karena amoniak tinggi masih dibebani tambahan polutan logam berat atau asam yang terbawa air hujan. Lele pun semakin stres.

Windi Listianingsih
Sumber: http://www.agrina-online.com

Tulisan terkait:

Rumput Teki

Alicin Bawang Putih

CARA TERNAK LELE MULAI DARI PENDEDERAN SAMPAI PEMBESARAN

Budidaya Lele merupakan salah satu budidaya agribisnis yang perlu mendapat perhatian serius. Selain karena permintaan pasar untuk ikan lele sangat tinggi, baik konsumsi nasional maupun ekspor, budidaya lele juga bisa dilakukan di lahan sempit.

PENDEDERAN – BUDIDAYA LELE

Budidaya lele tahap ini merupakan teknik budidaya lele untuk membesarkan bibit ikan lele berukuran 1-3 cm menjadi bibit ikan lele berukuran 3-5 cm dengan waktu budidaya selama 2-3 minggu.

Penebaran Bibit – Budidaya Lele Pendederan

Penebaran bibit ikan lele pada fase ini sangat rentan terhadap kematian, terutama diakibatkan stress maupun luka saat penangkapan atau pengangkutan. Padat penebaran antara 500-750 ekor/m2. Sehingga untuk kolam budidaya lele seluas 10 m2 bisa ditebar bibit sebanyak 5.000-7.000 ekor. Penebaran bibit ikan lele harus dilakukan dengan sangat hati-hati, berikut cara penebaran bibit ikan lele untuk mengurangi resiko stres dan luka :

Pemindahan dilakukan pada pagi hari atau sore hari pada saat suhu air belum terlalu tinggi.

Pengambilan bibitikan lele menggunakan jaring berukuran rapat serta lembut.

Bibitikan lele ditempatkan menggunakan wadah yang sudah diisi air dari kolam penebaran larva.

Setelah wadah cukup penuh, bibit segera dipindah ke kolam penebaran dengan hati-hati. Wadah dimasukkan dalam kolam pendederan sampai air kolam masuk ke dalam wadah. Dengan cara demikian bibitikan lele akan berenang keluar dari wadah dengan sendirinya.

Pengaturan Air – Budidaya Lele Pendederan

Kualitas air kolam pendederan perlu dijaga, cara paling efektif adalah penggunaan air mengalir sistem paralon secara kontinyu dengan debit air tidak terlalu besar.

Pada budidaya lele pendederan, kualitas air tidak terlalu cepat menurun. Hal ini dikarenakan ukuran ikanmasih sangat kecil, sehingga kotoran yang ditimbulkan belum begitu banyak. Pakan tambahan diberikan dalam jumlah sedikit, berbentuk tepung untuk menopang pertumbuhannya, sehingga tidak menimbulkan endapan sisa pakan yang bisa menurunkan kualitas air.

Pemberian Pakan Tambahan – Budidaya Lele Pendederan

Bibit ikan lele berukuran 1-3 cm belum dapat makan pelet dalam bentuk butiran. Pada minggu pertama tidak perlu diberikan pakan tambahan. Bibit ikan leleakan memakan pakan alami yang tersedia di kolam, seperti plankton, kutu air (Daphnia sp.) atau cacing sutra (Tubifex sp.) Untuk itu, diusahakan agar kolam mengandung banyak pakan alami, misalnya dengan pemberian pupuk kandang fermentasi. Pada minggu kedua sampai ketiga perlu diberi pakan tambahan dalam bentuk tepung. Pakan diberikan sebanyak tiga kali, yaitu pagi, menjelang sore serta malam hari. Pemberian pakan dilakukan sedikit demi sedikit, sampai tidak ada lagi bibit ikan lele yang mengejar pakan.

image

Cacing Sutra

Pengendalian Hama dan Penyakit – Budidaya Lele Pendederan

Hama pada budidaya lele pendederan meliputi, ular, burung, kadal, serta katak. Sehingga harus dicegahhama tersebut masuk ke dalam kolam. Pencegahan dapat dilakukan menggunakan anyaman bambu untuk menutup permukaan kolam. Selain itu juga harus dilakukan sanitasi di areal kolam, agar kedatangnya dapat ditekan. Bila hama telah terlanjur masuk, harus segera dikeluarkan dari kolam.

Pencegahan penyakit bisa dilakukan dengan menjaga kebersihan air serta pengaturan pH air. Usahakan agar pH air berkisar 6,5-6,8. Jika pH air terlalu rendah, bisa ditambahkan kapur pertanian secukupnya. Pengukuran pH air bisa menggunakan kertas lakmus atau pH tester.

Apabila bibit ikan lele menunjukan tanda-tanda terserang penyakit terutama jamur, bisa diberikan Malachite Green Oxalite 1-5 ml atau Methylene Blue 10 ml per 1 meter kubik air.

SELEKSI BIBIT IKAN LELE

Setelah berumur 18 hari bibit ikan lele diseleksi untuk menggunakan ayakan bibit ukuran 3-5 cm. Bibit-bibit yang telah mencapai ukuran 3-5 cm dapat dipanen untuk dibesarkan pada Pendederan tahap kedua, atau bahkan dapat langsung dijual. Bibit ikan lele tersebut merupakan bibit berkualitas tinggi karena memiliki keceptatan pertumbuhan yang baik.

Seleksi kedua dilakukan saat bibit ikan lele telah dipelihara selama 21 hari. Kualitas bibit ini sedikit di bawah bibit hasil seleksi pertama. Bibit ikan lele yang tidak lolos seleksi pertama dan kedua merupakan bibit sisa. Bibit ini dapat terus dibesarkan hingga mencapai 3-5 cm. Akan tetapi kualitas bibit ikan lele sisa ini tidak begitu baik.

Pada Pendederan tahap kedua tidak beda jauh dengan pendederan tahap pertama, hanya kepadatan penebaran harus dikurangi menjadi 250-300 ekor/m2

image

Ikan Lele Siap Panen

PEMBESARAN – BUDIDAYA LELE

Budidaya Lele Pembesaran Dalam Kolam Terpal

Pada dasarnya metode budidaya lele sistem kolam terpal merupakan solusi untuk beberapa kondisi antara lain lahan sempit, modal kecil serta solusi untuk daerah minim air. Ikan lele merupakan ikan yang memiliki beberapa keistimewaan dan banyak diminati orang.

Budidaya lele tergolong mudah. Selain tidak memerlukan air dalam jumlah banyak, ikan lele juga relatif tahan terhadap penyakit. Pengaturan suhu air dan pemberian pakan cukup merupakan kunci keberhasilanbudidaya lele. Selain lebih mudah dipelihara, ikan lele juga cepat dalam pertumbuhannya. Dengan kondisi air buruk, ikan lele mampu bertahan hidup dan berkembang baik, dengan demikian solusi ternak leledalam kolam terpal menjadi alternatif yang perlu dicoba. Budidaya lele dumbo sistem kolam terpalmendatangkan peluang usaha yang cukup menjanjikan dan tidak memerlukan modal usaha besar. Analisisbudidaya Lele dapat dilakukan dalam berbagai model untuk konsumsi dan pembibitan. Budidaya lelepembesaran merupakan upaya ternak Lele sampai ukuran layak konsumsi. Biasanya dari berat 1 ons sampai 1 kg per ekor.

Persiapan Pembuatan Kolam Terpal Budidaya Lele Pembesaran

Persiapan untuk budidaya lele dengan kolam terpal meliputi persiapan lahan kolam, persiapan material terpal, serta persiapan perangkat pendukung. Lahan yang perlu disediakan disesuaikan dengan keadaan maupun kapasitas budidaya lele. Untuk budidaya lele pembesaran sampai tingkat konsumsi bisa digunakan lahan dengan ukuran 2 x 1x 0.6 meter. Model pembuatan kolam dapat dilakukan dengan menggali tanah kemudian diberi terpal atau membuat rangka dari kayu kemudian diberi terpal. Cara pertama membuat terpal tahan lebih lama.

Penebaran Bibit Ikan Lele Budidaya Lele Pembesaran

Pengisian air dilakukan secara bertahap. Saat penebaran pengisian air hanya setinggi 40 cm agar bibit ikan lele tidak terlalu sulit mengambil oksigen. Penebaran bibit pada budidaya lele dalam kolam terpal yaitu bibit ikan lele berukuran 5-7 cm dengan kepadatan 40 ekor/m2. Waktu pemeliharaan antara 2-4 bulan, tergantung pada ukuran panen yang dikehendaki.

Pemeliharaan Ikan Lele Budidaya Lele Pembesaran

Pada umur tujuh hari ketinggian air ditambah menjadi 50 cm. Ada baiknya disediakan rumpon atau semacam perlindungan untuk ikan lele. Karena lele merupakan ikan yang senang bersembunyi di daerah tertutup.

Pemberian pakan dilakukan sehari tiga kali, yaitu pagi, siang, dan sore hari. Pakan diberikan sedikit demi sedikit sampai tidak ada lagi ikan lele yang mengejar pakan. Jika di lingkungan tersedia pakan alami seperti bekicot, kerang, keong emas, rayap dll, bisa diberikan makanan alami tersebut. Makanan alami selain bisa menghemat pengeluaran juga memiliki kandungan protein tinggi sehingga pertumbuhan ikan lelelebih cepat.

Penggantian air dilakukan seminggu sekali, kurang lebih 10-30% dari volume air kolam, agar kolam tidak terlalu kotor serta untuk mengurangi serangan penyakit. Penyakit pada ikan lele mudah menyerang pada air dalam kondisi kotor. Pada usia satu bulan dilakukan seleksi ikan lele. Biasanya ikan lele mengalami pertumbuhan yang tidak sama, sehingga jika tidak dipisahkan maka ikan lele dengan ukuran kecil akan kalah bersaing dalam berebut makanan. Selain itu, pisahkan jika ada ikan yang terindikasi terserangpenyakit agar tidak menular.

Pada usia dua bulan, ikan lele telah siap untuk konsumsi atau jika menghendaki ukuran lebih besar,budidaya lele bisa dilakukan selama 3-4 bulan.