Posts from the ‘Disinfektan’ Category

Desinfektan: Glutaraldehyde

Definisi

Glutaraldehyde merupakan desinfektan golongan aldehyde, termasuk desinfektan yang kuat, spektrum aplikasi luas, dapat membunuh mikroorganisme dan virus. Bekerja dengan cara denaturasi protein dan umum digunakan dalam campuran air konsentrasi 0,5% – 5%. Keunggulan golongan aldehyde adalah sifatnya yang stabil, persisten, efek samping minimal, dapat dibiodegradasi dan tidak menyebabkan kerusakan pada material peralatan. Larutan glutaraldehyde 2% efektif terhadap bakteri vegetative seperti Mycobacterium tuberculosis, fungi dan virus akan mati dalam waktu 10 – 20 menit (Rusmah, 1993; Sukhija et al., 2010).

Mekanisme Kerja

Mikroorganisme Target Mekanisme Aksi Glutaraldehyde
Spora bakteri Konsentrasi rendah: Menghambat perkecambahan spora

Konsentrasi tinggi: Berinteraksi kuat dengan lapisan luar sel.

Mycobacteria Aksi belum diketahui secara pasti, namun kemungkinan melibatkan interaksi dengan dinding sel mycobacteria.
Bakteri lain yang tidak berspora Membentuk ikatan yang kuat dengan lapisan  pada bakteri gram positif dan gram negatif, hubungan silang asam amino pada protein, menghambat proses transport ke dalam sel
Fungi Berinteraksi dengan dinding sel fungi
Virus Mekanisme aksi melalui interaksinya dengan DNA-protein secara silang dan pergantian capsid.
Protozoa Mekanisme aksi belum diketahui.

 

Dosis

Larutan glutaraldehyde 2% direkomendasikan untuk sterilisasi peralatan bedah, daerah operasi, perawatan endodontik intrakanal dan sterilisasi bahan cetak alginat pada bidang kedokteran gigi. Studi menunjukkan bahwa glutaraldehyde adalah fiksatif yang efektif dengan efek samping minimal, penetrasi terbatas dan kerja cepat. Studi pulpotomi menggunakan glutaraldehid sebagai agen fiksatif menghasilkan tingkat keberhasilan yang tinggi (Rusmah, 1993).

Produk

  • Agrigerm (sedian cair, setiap liter mengandung glutaraldehida 40 g, glikosal 32 g, formaldehyde 31,5 g, oimetil didesil ammonium klorida 100 g. produksi lab.ceetal-perancis.
  • Aldekol des 02 (sedian cair, mengandung isopropanole, formaldehyde, glutaraldehide, dan benzalkonium chloride. Produksi ewabo chemikalien GmbH, jerman/satwa jawa jaya.
  • Alcide (sedian cair, mengandung glutaraldehide, coco benzyl dimethylammonium chloride . digunakan untuk desinfeksi. Produksi surya hidup satwa.
  • Biodan (sedian cair, komposisinya glutaraldehyde 15%, cocobenzil dimethyl ammonium kloride 10 % sebagai desinfektan. Produksi vaksindo satea nusantara.
  • Formades (sedian cair, setiap liter mengandung formalin 240 g, glutaraldehide 40 g, benzalkoinun klorida 30 g. penggunaan desinfektan, produksi medion.
  • Omnicide (sedian cair, mengandung glutaraldehide, dimetil cocobenzil ammonium chloride. Desinfeksi, produksi Coventry chemical limited inggris/pimaimas citra.
  • Sanitas-151 (sedian cair, komposisi glutaraldehide 15 % benzalkonium chloride 10 %. Sebagai antiseptic dan desinfektan. Produksi mitravet.

Penulis: Munajat Putri

Pengertian Sertifikasi dan Cara Pembenihan Ikan yang Baik (CPIB)

Sertifikasi adalah adalah rangkaian kegiatan dimana lembaga sertifikasi pemerintah atau lembaga sertifikasi yang telah diakreditasi oleh Komite Akreditasi Nasional memberikan jaminan tertulis bahwa produk, jasa, proses atau individu telah memenuhi persyaratan standar atau spesifikasi teknis tertentu yang dipersyaratkan (Direktorat Perbenihan Dirjen Perikanan Budidaya, 2014).

Dalam Pedoman Umum CPIB (2008) disebutkan bahwa Cara Pembenihan Ikan yang Baik (CPIB) adalah cara mengembangbiakan ikan dengan cara melakukan manajemen induk, pemijahan,  penetasan telur, pemeliharaan larva/benih dalam lingkungan yang terkontrol, melalui penerapan teknologi yang memenuhi persyaratan  biosecurity, mampu telusur (traceability) dan keamanan pangan (food safety).

Dijelaskan lebih lanjut dalam Panduan Check List Audit CPIB Skala Kecil (2014), bahwa persyaratan yang harus dipenuhi dalam CPIB adalah sebagai berikut :

A.      Persyaratan Teknis

1)   Persyaratan lokasi : Bebas banjir dan bahan cemaran, mudah dijangkau, tersedia sumber energi / listrik, serta tersedianya sarana komunikasi dan transportasi.

2)   Persyaratan prasarana dan sarana, meliputi :

a.       Ruangan/Tempat : pengemasan, administrasi, mesin, penyimpanan peralatan, dan penyimpanan pakan, bahan kimia, dan obat-obatan.

b.      Bak/kolam : pengendapan/filterisasi/tandon, karantina induk, pemeliharaan induk, pemijahan dan penetasan, pemeliharaan benih, kultur pakan hidup, penampungan benih hasil panen, dan pengolahan limbah.

c.       Peralatan/mesin : kelengkapan peralatan produksi dan peralatan laboratorium (pH meter dan termometer).

3)   Pengelolaan air, meliputi :

a.       Pengendapan / filtrasi / sterilisasi sehingga air layak untuk pemeliharaan induk/benih dan produksi pakan hidup,

b.      Pengukuran parameter kualitas air (suhu, pH dan Salinitas)

4)   Pengelolaan induk, meliputi :

a.       Pemilihan induk : umur, ukuran dan kualitas sesuai persyaratan serta memiliki Surat Keterangan Asal (SKA)

b.      Karantina induk untuk mencegah masuknya organisme pathogen

c.       Pemeliharaan Induk: kondisi ruangan dan wadah sesuai untuk pematangan gonad, perkawinan, pemijahan, fertilisasi dan penetasan.

5)      Persyaratan pakan, meliputi :

a.       Pakan komersial :

1.      Pakan Komersial yang digunakan telah terdaftar di KKP

2.      Kandungan nutrisi pakan sesuai dengan kebutuhan nutrisi induk/benih

3.      Kemasan pakan harus mencantumkan kandungan nutrisi, cara penyimpanan dan waktu kadaluarsa

4.      Penyimpanan sesuai persyaratan label kemasan

5.      Penyimpanan terpisah dari bahan kontaminan berbahaya

6.      Pemberian pakan sesuai jenis, dosis dan frekuensi

b.      Pakan formula buatan sendiri :

1.      Bahan yang digunakan tidak berbahaya dan tidak dilarang

2.      Kandungan nutrisi pakan sesuai dengan kebutuhan nutrisi induk dan benih yang didukung dengan hasil uji

3.      Penyimpanan sesuai dengan persyaratan

4.      Pemberian pakan sesuai dengan jenis, dosis dan frekuensi

c.       Pakan hidup :

1.      Wadah pakan hidup terpisah dengan bagian lainnya dan tidak mudah terkontaminasi

2.      Pupuk/bahan yang digunakan tidak dilarang

3.      Dilakukan treatment (disinfeksi / bahan lain yang tidak dilarang) untuk pakan hidup dari alam

d.      Pakan segar : Penyimpanan pakan segar harus pada lemari pembeku (freezer)

6)      Pengelolaan Benih : Aklimasi benih di setiap tahapan pemeliharaan, Pengamatan pertumbuhan, sintasan,keseragaman dan abnormalitas, serta Pengamatan kesehatan dilakukan berkala secara visual

7)      Pemanenan Benih : Peralatan dan bahan panen bersih dan sesuai kebutuhan dan Pemanenan benih dilakukan dengan baik untuk mencegah kerusakan fisik dan stress

8)      Pengemasan Benih : Peralatan dan bahan pengemasan bersih dan sesuai kebutuhan dan Kepadatan benih sesuai jenis, umur dan ukuran ikan serta waktu tempuh.

B.       Persyaratan Manajemen

1)      Struktur Organisasi dan SDM

2)      Dokumentasi dan Rekaman

C.       Persyaratan Keamanan Pangan

1)      Sumber air terbebas dari pencemaran

2)      Tidak menggunakan bahan kimia dan obat-obatan yang dilarang oleh KKP

D.      Persyaratan Lingkungan

1)      Sanitasi lingkungan

2)      Melakukan biosecurity

Penulis: Miskun Susilo, A.Md. (Penyuluh Perikanan Pelaksana Lanjutan) 

Resistensi Antibiotik

Resistensi antibiotik adalah kemampuan mikroorganisme untuk mengatasi pengaruh antibiotik.

Dengan kata lain, mikroorganisme yang resisten terhadap antibiotik, misalnya bakteri, akan kebal dan tidak mati walau diberi antibiotik.

Resistensi bakteri terhadap obat terdiri atas beberapa jenis, yaitu

  • Resistensi primer yang merupakan resistensi alamiah terhadap kuman, contohnya bakteri Staphylococcus yang mengandung enzim penisilinase dapat mengubah penisilin menjadi asam penisilinoat yang tidak mampu membunuh kuman itu;
  • Resistensi sekunder, yaitu karena adanya muatan-muatan yang berkembang biak menjadi spesies yang resisten;
  • Resisten episomal atau plasmid yang dapat terjadi karena bakteri mentransfer DNA kepada bakteri lain melalui kontak antarsel bakteri sejenis dan antarbkateri yang berlainan jenis;
  • Resistensi silang, yaitu resistensi bakteri terhadap suatu antibiotic dengan semua derivatnya. Sebagai contoh, penisilin dengan ampisilin, rifampisin dengan rifamisin, dan berbagai jenis sulfonamide. Untuk menghindari resistensi silang, digunakna dosis antibiotic yang relative lebih tinggi daripada dosis efektif minimum dalam waktu singkat.

Cara kerja antibiotik diantaranya:

  • melumpuhkan produksi dinding sel bakteri yang melindungi sel dari lingkungan eksternal
  • mengganggu sintesis protein dengan mengikat mesin yang membangun protein, asam amino dengan asam amino
  • mendatangkan malapetaka dengan proses metabolisme, seperti sintesis asam folat, sebuah vitamin B yang dibutuhkan bakteri untuk berkembang
  • memblokir sintesis DNA dan RNA (1)

Bahaya resistensi antibiotika merupakan salah satu masalah yang dapat mengancam kesehatan ikan. Hampir semua jenis bakteri saat ini menjadi lebih kuat dan kurang responsif terhadap pengobatan antibiotika. Bakteri yang telah mengalami resistensi terhadap antibiotika ini dapat menyebar dari satu akuarium ke akuarium yang lain, dari satu hatchery ke hatchery tetangga lain, sehingga mengancam usaha perikanan dengan hadirnya jenis penyakit infeksi baru yang lebih sulit untuk diobati dan lebih mahal juga biaya pengobatannya.

Gunakan antibiotik dengan bijak untuk Akuakultur yang bertanggung jawab.

Mencegah lebih baik daripada mengobati.