Tujuan pembenihan komersial adalah untuk menghasilkan jumlah maksimum benih sehat dalam waktu sesingkat mungkin. Pembesaran larva atau benih yang efisien bergantung pada kualitas dan asupan pakan, frekuensi makan dan persyaratan kondisi lingkungan yang optimal serta pengalaman pengelola  dan pelaksana disebuah usaha  pembenihan. Tidak mungkin memberikan desain hatcheri yang spesifik, karena situasi di setiap peternakan itu unik. Namun, setidaknya ada persyaratan khusus untuk pembenihan yang perlu diperhatikan.

1. Area yang dibutuhkan:

Memiliki sarana dan fasilitas pendukung yang cukup, pasokan air yang cukup dalam jumlah dan baik dalam kualitas, memungkinkan untuk melakukan perluasan dimasa depan, mempunyai pengolahan limbah, penggunaan kembali air dan sistem sirkulasi ulang masa depan. Ketinggian yang cukup antara sumber air dan sarana produksi untuk aerasi dan aliran air gravitasi.

2. Kualitas air:

Faktor yang paling penting: Sumber air danau atau reservoir (tendon besar buatan)  lebih disukai daripada pasokan sungai. Karena bila air berasal dari sungai berpotensi masuknya  ikan liar, predator, parasit, penyakit dll. Jika air digunakan dari air sungai, filter tambahan harus dipasang untuk menghilangkan bahaya potensial ini.

3. Suhu:

Suhu air secara langsung berpengaruh pada pertumbuhan optimum benih Lele. Lele akan tumbuh 3-5 kali lebih cepat pada suhu air 25ºC disbanding dengan suhu air 9 ºC. Sedang untuk pertumbuhan yang optimum diperlukan suhu air kisaran 28-30º C. 

4. Bangunan:

Atur bangunan sedemikian rupa untuk memperlancar kerja. Ingat potensi energi matahari sebagai disinfektan alami termurah dan efektif harus diperhatikan. Cobalah untuk mengisolasi area pembenihan dengan dinding. Beberapa kamar diperlukan dalam sebuah hatchery, antara lain: Ruang penetasan, area/ruang pembenihan, raung penyimpanan pakan, ruang penyimpanan peralatan, ruang karyawan, fasilitas toilet dan area kantor kecil.

Kualitas Air Pembenihan Lele

Kualitas Air Pembenihan Lele

Penulis: Henk Stander, Division of Aquaculture, Faculty of Forestry and Agricultural Sciences, University of Stellenbosch