Dari Hobi, Hasilkan Jutaan Benih Patin Tiap Tahun
Bermula dari sekedar hobi, kini Sahban Imam Setioko bisa dibilang sukses dengan usaha pembibitan ikan patin. Padahal bapak 4 orang anak ini memiliki background pendidikan yang bisa dibilang jauh dari dunia perikanan. Dengan berlatar belakang pendidikan IT, kini pria yang akrab disapa Sahban ini aktif sebagai salah satu konsultan IT di perusahaan perbankan nasional.
Kesuksesan Sahban di dunia pembibitan patin dimulai pada tahun 2009. Dengan membeli lahan seluas 7.000 m², ia memulai untuk menyalurkan hobinya di bidang perikanan mulai dari ikan gurame hingga lele. Namun dari kedua jenis ikan tersebut Sahban tidak mendapatkan hasil yang maksimal. “Saya memulainya dengan pembibitan gurame lalu gagal, dan memulai lagi dengan lele yang akhirnya tidak berhasil juga, dan mencoba kembali ke gurame namun hasilnya sama,” ceritanya kepada Info Agribisnis.
Di tengah kegagalan kedua jenis ikan tersebut, Sahban melihat petani pembibitan patin yang ada di sekitar tempat tinggalnya. Mendengar hasil pembibitan patin yang mencapai 2 juta ekor sekali panen dengan harga jual berkisar Rp 60 dan siklus panen yang hanya 25 hari, Sahban tertarik untuk menggelutinya..
Pada tahun 2012, Sahban mulai belajar dan mencari berbagai referensi cara pembibitan ikan patin. Tepatnya pada bulan Juli 2012 ia memberanikan diri untuk membangun satu hatchery atau tempat tertutup untuk memproduksi benih patin mulai dari pemijahan hingga menghasilkan larva dan benih.
Dengan bermodalkan dana ratusan juta, Sahban mulai menyalurkan hobinya. Tidak perlu waktu lama, dalam waktu satu tahun pembibitan patin yang dijalankan sudah memberikan hasil. Pada 2013 Sahban mampu sekitar 9.000.000 benih ikan patin.
Melihat hasil tersebut Sahban semakin bersemangat, karena itu tidak perlu menunggu lama, untuk meningkatkan jumlah produksi pada tahun 2014 ia membangun satu hatchery lagi. “Gak sampai disitu pada tahun 2015 saya coba menambah 2 hatchery lagi jadi total ada 4 hatchery,” ungkapnya pemilik EmpangQQ ini.
Dijelaskan Sahban pada tahun 2014 lalu dari empangnya bisa menghasilkan sekitar 7,1 juta bibit, pada tahun 2015 bisa menghasilkan 10,6 juta bibit dan pada tahun 2016 lalu bisa menghasilkan bibit yang jauh belih banyak sekitar 17 juta bibit.
Melalui pengalaman yang dimiliki, Sahban terus belajar untuk menghasilkan bibit berkualitas. Hasilnya saat ini bibit patin dari EmpangQQ menjadi salah satu bibit patin unggul yang telah mendapat sertifikat dari CPIB ( Cara Pembenihan Ikan yang Baik) bahkan mendapat predikat Excellent. Dengan 4 buah hatchery yang dimiliki Sahban mampu memproduksi bibit ikan patin sebanyak 4 juta sampai 5 juta ekor per bulan dengan ukuran 0.75 inci (2Cm).
Siklus Panen Pendek. Dibandingkan jenis ikan lain, waktu panen bibit ikan patin lebih pendek, dan hal inilah yang menjadi daya tarik sehingga Sabah memutuskan untuk terjun ke usaha pembibitan ini. Hanya dalam waktu 25 hari bibit patin sudah bisa di panen dan apabila di tangani dengan benar mulai dari kebersihan kolam pemilihan indukan sampai proses pemijahan maka tingkat keberhasilannya bisa mencapai 90%.
Selain itu siklus produksi ikan patin bisa dibuat sesuai dengan permintaan pasar. Misalkan permintaan meningkat, maka proses produksinya pun bisa digenjot maksimal, begitu juga sebaliknya. Pangsa pasar yang besar dalam pembibitan patin ini juga menjadi daya tarik tersendiri. Berbagai wilayah di Indonesia seperti Riau, Sumatra, hingga Kalimantan membutuhkan banyak bibit patin untuk dibudidayakan disana. “Permitaan bibit patin untuk di besarkan dari luar jawa sangat tinggi. Misalnya untuk pengiriman ke Palembang saja bisa sampai 600 ribu ekor untuk sekali pengiriman,” ujarnya.
Cara pemasarnya terbilang sangat mudah, hanya melalui fun page Industri Bibit Patin, akun Facebook Sahban EmpangQQ, group FB Republik Bibit Patin atau melalui group WhatsApp sudah bisa memperlihatkan hasilnya. Diluar itu EmpangQQ sudah memiliki website sendiri www.empangqq.com sebagai media mempromosikan produknya.
Autodidak. Ilmu pembibitan patin yang dimiliki Sahban ternyata didapat secara autodidak. Ia tidak pernah mengikuti pelatihan khusus tentang budidaya patin, semua ilmu didapat hanya dari melihat dan bertanya langsung kepada petani bibit patin tradisional serta mencari referensi dari berbagai website. “Saya juga sering membaca buku panduan yang banyak di jual di pasaran untuk menambah ilmu dibidang ini,” ungkapnya.
Dengan kegigihan untuk terus belajar dan rasa ingin tahu yang tinggi akan ikan patin mengantarkan Sahban menjadi pengusaha sukses di dalam bidang pembenihan dan pembibitan ikan patin.
Terkendala Penyakit. Usaha pembibitan ikan patin yang dijalankan Sahban bukan tanpa kendala. Berbagai penyakit yang menyerang bibit patin kerap menghampiri. Seperti misalnya disebabkan oleh jamur, parasit dan bakteri. Untuk benih ikan yang terserang jamur biasanya Sahban mampu menanganinya sendiri. Karena sejak tahun kedua EmpangQQ sudah dilengkapi oleh peralatan laboratorium sendiri dengan keahlian yang didapat dari buku dan pengalaman yang dimiliki. Untuk penyakit yang disebabkan bakteri, EmpangQQ bekerjasama dengan BBPBAT (Balai Besar Pengembangan Budidaya Air Tawar) Salabintana, Sukabumi. Sehingga bila ada ikan yang terserang bakteri bisa mengirimkan sample ikan yang terjangkit untuk diperiksa dan biasanya dalam tiga hari sudah di dapat hasilnya.
Selain itu, ikan patin juga memiliki siklus dimana dalam satu tahun pasti ada satu bulan tidak bisa menghasilkan larva. Bisanya terjadi pada bulan Juli sampai Agustus, dan kendala seperti itu belum bisa ditangani oleh petani bibit patin hingga sekarang.
Karena itu Sahban sebagai pelaku dibidang ini berharap peran serta pemerintah bisa memberikan solusi untuk menangani siklus tahunan tersebut salah satunya dengan menyediakan larva patin untuk para pembudidaya bibit patin pada bulan-bulan tersebut.
Permintaan daging fillet patin yang berkurang beberapa tahun belakangan juga termasuk kendala yang dihadapi para pembudidaya patin saat ini. Sehingga banyak pelaku usaha pembibitan patin yang mengurangi produksi patinnya.
Ke depan Sahban memiliki keinginan untuk mengembangkan usahanya yaitu dengan memproduksi patin fillet dan pembesaran. Sahban juga ingin memberikan pelatihan kepada masyarakat yang ingin mengetahui cara budidaya pembibitan patin melalui UPR (Unit Pembenihan Rakyat) yang di ketuainya. Karena itu, ia sudah mengajukan ijin ke P2MKP bahkan sudah disetujui oleh instansi terkait. “Tapi SK dari Kementrian belum jadi sampai saat ini, sehingga belum bisa memberikan pelatihan secara khusus kepada masyarakat luas,” tutupnya.
Penulis: Setiawan
Sumber: Majalah Info Agribisnis Edisi 03
You must be logged in to post a comment.