Di kalangan pembenih patin, jenis patin siam sudah tidak asing lagi. Selain ‘bandel’ dari sisi ketahanan hidupnya, patin siam juga sangat produktif. Meskipun begitu, perawatan benih perlu perlakuan khusus agar dapat tumbuh optimal.
Tak berlebihan jika patin siam dikatakan sebagai primadona. Maklum, jenis patin satu ini memang kaya keunggulan. Beberapa pesona patin siam di antaranya mudah dipelihara dan kelangsungan hidupnya tinggi. Selain itu, ikan berkumis ini juga dapat dipelihara dengan kepadatan tinggi di lahan dan pasokan air yang terbatas.
“Di samping itu, permintaan pasar lokal dan ekspor sangat banyak. Produktivitasnya yang tinggi cocok untuk memenuhi kebutuhan protein hewani bagi manusia. Bahkan, patin siam tidak banyak tuntutan soal pakan. Sisa katering, ikan rucah, dan pakan alternatif lain pun jadi,” beber Sahban I. Setioko, S.Kom., pemilik Unit Pembenihan Rakyat (UPR) Pasir Gaok Fish Farm yang beralamat di Rancabungur, Bogor.
Di pembenihan miliknya, Sahban hanya memproduksi benih patin siam ukuran 2 cm. Pada periode Januari sampai Juli 2016 saja, UPR Pasir Gaok sudah memproduksi 13,264 juta ekor benih patin siam. Itu saja sudah dipotong kekosongan pada Bulan Juni karena sedang Bulan Puasa. Sementara pada tahun 2013, produksi benih mencapai 8.947.400 ekor, tahun 2014 sebanyak 7.138.500 ekor,dan tahun 2015 sebanyak 10.685.000 ekor.
Pantas saja jika Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya, Kementerian Kelautan dan Perikanan, memberikan Sertifikat Cara Pembenihan Ikan yang Baik pada UPR Pasir Gaok Fish Farm pada 2015 dengan predikat Sangat Baik alias“Excellent”.
Jadwal bertelur
Dari sisi pembenihan, keunggulan patin memang bisa bertelur banyak sehingga mampu menyediakan larva secara masal. Mesipun begitu, produksi benih tetap harus diperhatikan penjadwalannya. Menurut pengamatan Sahban, induk patin mulai terlihat sulit bertelur pada bulan April. Pada Bulan Juni sampai menjelang akhir Agustus, telur patin mulai kosong. Pada akhir Agustus, induk mulai memijah. Bulan Oktober, induk matang telur dan dipijahkan. Pada awal bulan Januari, induk sudah siap dipijahkan lagi. “Induk produktif dapat dipijahkan setiap 3—4 bulan,” terang Sahban.
Setelah dipijahkan, indukan patin diistirahatkan dan dipelihara di kolam khusus selama 2—3 bulan. Setelah itu, induk diseleksi untuk dipilih yang sudah bertelur dan dipindahkan ke kolam lain untuk dimatangkan gonadnya.
Bicara soal kemampuan bertelur, Sahban menambahkan bahwa fekunditas pada awal musim hujan sekira 10—15%. Pada pertengahan musim hujan, fekunditasnya naik menjadi 15—25%. Sementara pada musim kemarau, fekunditasnya 5—10%. Dari pengamatan, dalam 1 ons atau 100 gram telur terdapat sekira 120.000—130.000 butir telur. Sementara per kilogram induk mampu menghasilkan 100.000 ekor larva.
Perlakuan benih
Agar benih patin siam tumbuh optimal, Sahban mengaku memiliki beberapa kiat dalam perawatan larva. Padat tebar larva yang baru menetas yaitu sebanyak 50.000 ekor benih per akuarium berukuran 2 m x 1 m. Untuk perawatan larva, usaha yang dilakukan dengan cara pemberian garam, kontrol suhu, dan pH.
Saat larva patin berumur 1—3 hari, jenis pakan yang diberikan adalah artemia. Pakan ini diberikan pada larva setiap tiga jam sekali. Pada umur ini, suhu air media dipertahankan pada kisaran 28 oC untuk meminimalisasi kanibalisme. Maklum, patin termasuk ikan karnivora.
Setelah berumur 3 hari, diberi pakan berupa cacing cincang. Pada saat ini, suhu air dinaikkan menjadi 31 oC. Pakan berupa cacing cincang ini diberikan secara ad libitum atau sampai kenyang setiap tiga jam atau enam jam sekali. Setiap dua hari sekali, porsi pakan perlu disesuaikan dengan kebutuhan.
Setelah 14 hari, benih disortir dan dibiarkan selama tiga hari sampai stabil. “Setelah stabil, benih bisa langsung dijual,” terang Sahban.
Pada saat ukuran patin mencapai 2 cm, pakan pelet bisa diberikan. Alasan produksi ukuran 2 cm sendiri karena pada ukuran tersebut benih patin sudah bisa makan pelet. Sementara kendala pembudidaya di luar Pulau Jawa adalah keterbatasan pengadaan pakan alaminya, yaitu cacing. Pemberian pakan pelet perlu dibasahi terlebih dulu agar mudah dicerna.
Untuk membuat lingkungan air nyaman bagi benih, pergantian air perlu dilakukan setiap dua hari sekali atau saat kualitas air terlihat menurun. Kualitas air yang turun bisa dilihat dari kondisi benih ikan yang tidak lincah. Agar tidak terjadi goncangan kualitas air yang ekstrim saat pergantian, sebaiknya ganti air baru sebanyak 30%, 50%, atau 60%, tergantung kondisi air.
Ukuran akuarium yang digunakan Sahban 2 m x 1 m untuk menampung 30.000 ekor benih patin. Penggunaan ukuran tersebut disebabkan operasionalnya lebih mugah. Adapun peralatan yang dibutukan adalah aerator untuk menjaga kadar oksigen terlarut. Sementara keasaman air media yang digunakan berkisar 7,0—7,5.
Dengan menjaga kadar nutrisi yang cukup dan membuat lingkungan yang nyaman, usaha pembenihan patin siam Sahban mampu memproduksi benih sehat secara kontinu.
Benih jaminan mutu
Mutu benih yang sehat dan tumbuh optimal menjadi jaminan berkembangnya usaha pembenihan. Tak hanya seputar Bogor, jangkauan pemasaran benih patin siam Sahban meliputi Bandung hingga luar pulau seperti Banjarmasin dan Palembang. Untuk Bandung, serapan benih patin siam produksi UPR Pasir Gaok sebanyak 20% dan Banjarmasin 30%. Sementara permintaan terbesar datang dari Palembang dengan serapan sebesar 50%.
Syahban menuturkan bahwa usaha pembenihannya dilakukan sejak 2013, dimulai dengan membangun hatchery berkapasitas 40 akuarium ukuran 2 m x 1 m. Pada tahun 2014, Sahban membangun hatchery baru dengan kapasitas 45 akuarium berukuran sama. Pada tahun 2015, hatchery ketiga kembali dibangun dengan kapasitas yang lebih besar, yaitu 70 akuarium. Pembangunan hatchery baru setiap tahun tersebut menggunakan keuntungan dari usaha pembenihan patin.
Soal harga, Sahban mengaku membandrolnya dengan harga 75 rupiah per ekor benih patin siam ukuran 2 cm. Dengan jumlah produksi benih yang mencapai jutaan ekor per bulan, omset Sahban bisa dihitung. Dengan menekuni usaha pembenihan patin ini, Sahban berani keluar dari zona amannya sebagai pekerja. “Hasilnya bahkan lebih besar dibandingkan saat dulu masih menjadi pekerja,” pungkasnya.
Sumber: http://infoakuakultur.com/blog/agar-benih-patin-siam-tumbuh-optimal/