Ikan patin adalah ikan air tawar yang mulai populer dibudidayakan karena permintaan pasar cukup baik, terutama di daerah Jawa Barat (Purwakarta dan Cikarang), Sumatera (Palembang dan Jambi) dan Kalimantan (Kalimantan Barat dan Kalimantan Tengah).
Salah satu keunggulan ikan patin adalah cara memeliharanya tidak terlalu sulit. Untuk budidaya Patin konsumsi, ikan ini tidak memerlukan air yang terlalu jernih atau air mengalir dan bisa hidup dalam air dengan kandungan oksigen rendah.
Karena itu ikan patin bisa dipelihara di lahan marginal (lahan yang kurang produktif), asalkan ada sumber air. Ada beberapa jenis ikan patin yang dipelihara di Indonesia, yang paling umum adalah ikan patin Siam, tetapi ikan patin asli Indonesia sebenarnya adalah ikan patin Djambal. Jenis patin yang baru adalah Pasopati (Patin Super Harapan Petani).
Untuk kebutuhan konsumsi, Ikan Patin dapat dipelihara di kolam tanah biasa, mulai ukuran 300 sampai 2.000 m2. Bisa juga dipelihara di keramba apung di sungai atau dengan jaring tancap dengan kedalaman 1,5 sampai 3 m.
Jika patin dipelihara di kolam maka kolamnya perlu dipersiapkan. Persiapan kolam yang biasa dilakukan adalah dengan penebaran kapur (kaptan atau dolomit) dengan dosis 10 sampai 25 gram/m2, diikuti dengan pemupukan sebanyak 500 sampai 600 gram/m2.
Benih patin yang ditebar biasanya berukuran 2 – 3 inci (5 – 7,5 cm). Padat tebar untuk di kolam hanya sekitar 15 sampai 20 ekor/m2. Namun kalau di jaring atau keramba kepadatan bisa sangat tinggi (intensif), yaitu mencapai 100 sampai 200 ekor/m2 dengan ukuran tebar 4- 5 inci (10 – 12,5 cm). Hasil panen di jaring/keramba lebih tinggi dibandingkan kolam.