Archive for October, 2013

PENGARUH PENAMBAHAN DOSIS KARBON YANG BERBEDA TERHADAP PRODUKSI BENIH IKAN PATIN (Pangasius sp) PADA SISTEM PENDEDERAN INTENSIF

Kepadatan Tinggi

Kepadatan Tinggi

Akuakultur adalah kegiatan yang memproduksi biota (organisme) akuatik di
lingkungan terkontrol dalam rangka mendapatkan keuntungan (profit).
Keuntungan ini dapat diperoleh melalui pengelolaan sistem dan penerapan
teknologi, terutama pada sistem budidaya intensif. Sistem yang intensif
menyebabkan terjadinya penurunan kualitas air akibat meningkatnya produk sisa metabolisme berupa nitrogen organik. Rasio C/N adalah salah satu cara untuk perbaikan sistem pada budidaya intensif dan termasuk teknologi yang murah dan aplikatif. Penerapan teknologi pada rasio C/N berupa bioteknologi karena mengaktifkan kerja bakteri heterotrof. Perkembangan bakteri heterotrof melalui manipulasi rasio C/N yang menggunakan bahan organik sebagai sumber karbon dalam sistem akuakultur dapat mengurangi konsentrasi amonia. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan pengaruh rasio C/N pada sistem pendederan ikan patin di akuarium melalui pemberian karbon dengan jumlah yang berbeda-beda.

Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 3 Juni 2008 sampai dengan 30 Juni
2008, bertempat di laboratorium Sistem dan Teknologi, Departemen Budidaya
Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Hewan uji yang digunakan adalah benih ikan patin berukuran panjang awal 2,66 ± 0,12 cm dan bobot awal 0,370 ± 0,05 gram. Bakteri yang digunakan adalah bakteri heterotrof yang merupakan produk komersil dengan konsentrasi 109 CFU/ml.

Bakteri ditambahkan sebanyak 0,6 ml ke dalam air yang bervolume 30 L. Untuk
mengoptimalkan kerja bakteri heterotrof digunakan sumber karbon berupa molase yang memiliki kandungan unsur karbon sebesar 37%. Benih ikan patin dipelihara selama 28 hari. Wadah pemeliharaan berupa akuarium dengan volume air 30 L.

Pakan yang diberikan adalah pakan buatan dengan kandungan protein 30%.
Jumlah pakan yang diberikan 8% dari biomassa. Pakan diberikan 3 kali sehari
(pagi, siang dan sore hari) dengan cara ditebar merata. Penambahan karbon
disesuaikan dengan rasio C/N yang ditentukan dan disesuaikan dengan jumlah
pakan yang diberikan setiap hari. Parameter yang diukur antara lain derajat
kelangsungan hidup (SR), pertumbuhan panjang dan bobot, pertumbuhan panjang baku, laju pertumbuhan harian, biomassa, produksi dan efisiensi pakan. Analisis data dilakukan dengan analisis ragam dan uji lanjut polinom ortogonal. Selain itu dilakukan pengukuran kualitas air yang meliputi temperatur, kandungan oksigen terlarut, pH, amonia dan kekeruhan. Data kualitas air dianalisis secara deskriptif.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa penambahan molase pada sistem
pemeliharaan yang stagnan berpengaruh nyata terhadap peningkatan parameter laju pertumbuhan harian, pertumbuhan panjang baku, biomassa, efisiensi pakan dan produksi, serta diperoleh hubungan yang linear. Walaupun parameter SR telah menurun pada perlakuan rasio C/N 10 dan 15, tetapi kecenderungan dari kurva kuadratik yang dibentuk masih kecil. Data kualitas air menunjukkan bahwa kondisi físika kimia sistem pemeliharaan masih berada pada kisaran toleransi ikan untuk hidup dan tumbuh. Berdasarkan hasil tersebut, penambahan molase sebagai sumber karbon memberikan pengaruh yang positif pada sistem pemeliharaan yang stagnan sehingga dapat diterapkan pada kegiatan akuakultur karena merupakan cara yang praktis dan murah untuk mengurangi penumpukan atau mempercepat penurunan konsentrasi nitrogen anorganik yang toksik di dalam air.

 

Indoor Hatchery Bersih untuk kwalitas super

Indoor Hatchery
Bersih untuk kwalitas super

Berdasarkan hasil yang diperoleh, produksi tertinggi diperoleh pada rasio
C/N 15 yaitu sebesar 7,98 gram/hari, sedangkan produksi terendah diperoleh pada perlakuan kontrol atau rasio C/N 0 yaitu sebesar 1,95 gram/hari. Dari hasil
tersebut, secara umum rasio C/N perlu ditingkatkan lagi yaitu lebih dari 15.

 

Penulis MUSYAWARAH NAJAMUDDIN
Mahasiswa Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.

Nikmat Pedang Bermata Dua

image

Dari sekian banyak kenikmatan yang Allah SWT limpahkan kepada hamba-hamba-Nya, termasuk yang paling agung adalah nikmat lisan. Dengan lisannya, seorang hamba akan mampu berkomunikasi dan mengungkapkan apa yang ada pada dirinya. Allah SWT berfirman:

Lisan yang kecil tak bertulang seperti pedang bermata dua. Jika tidak memberi manfaat kepada pelakunya, maka dia justru akan membinasakan tuannya. Allah SWT berfirman:

ﻣَﺎ ﻳَﻠْﻔِﻆُ ﻣِﻦْ ﻗَﻮْﻝٍ ﺇِﻻَّ ﻟَﺪَﻳْﻪِ ﺭَﻗِﻴﺐٌ ﻋَﺘِﻴﺪٌ

“Tiada suatu ucapan pun yang diucapkannya melainkan ada di dekatnya malaikat pengawas yang selalu hadir.” (Qaf: 18)

Al-Imam Ibnu Rajab Al-Hanbali berkata: “Sungguh, as-salafush shalih rahimahumullah telah sepakat bahwa malaikat yang ada di samping kanan seorang hamba adalah malaikat yang akan mencatat seluruh amal kebaikan. Sedangkan malaikat yang ada di samping kirinya adalah malaikat yang akan mencatat amalan kejelekan.” (Jami’ Al-‘Ulum wal Hikam, 1/336)

Rasulullah n bersabda:

إِنَّ الْعَبْدَ لَيَتَكَلَّمُ بِكَلِمَةٍ مِنْ رِضْوَانِ اللهِ لَا يُلْقِي لَهَا بَالًا يَرْفَعُهُ اللهُ بِهَا دَرَجَاتٍ، وَإِنَّ الْعَبْدَ لَيَتَكَلَّمُ بِكَلِمَةٍ مِنْ سُخْطِ اللهِ لَا يُلْقِي لَهَا بَالًا يَهْوِي بِهَا إِلَى جَهَنَّمَ

“Sungguh seorang hamba mengucapkan sebuah kalimat yang diridhai Allah, yang dia tidak ingat atau pikirkan, yang dengannya Allah akan mengangkat derajatnya. Dan sungguh seorang hamba mengucapkan sebuah kalimat yang dimurkai Allah yang dia tidak ingat atau pikirkan, maka dengan sebab itu, dia akan masuk ke dalam Jahannam.” (Muttafaqun ‘alaih, dari Abu Hurairah ra)

Sehingga, orang yang bijak adalah orang yang berpikir sebelum berbicara; apakah perkataan yang ingin dia ucapkan akan mendatangkan keridhaan Allah SWT atau kemurkaan-Nya? Akan mendatangkan keuntungan di akhirat ataukah kerugian?

Rasulullah SAW bersabda:

مَنْ يَضْمَنْ لِي مَا بَيْنَ لَـحْيَيْهِ وَمَا بَيْنَ رِجْلَيْهِ أَضْمَنْ لَهُ الْجَنَّةَ

“Barangsiapa menjamin apa yang ada di antara dua tulang rahangnya (yakni lisan), dan apa yang ada di antara kedua kakinya (yakni kemaluan), niscaya aku menjamin jannah (surga) baginya.” (Muttafaqun ‘alaih, dari Sahl bin Sa’d)

Rasulullah SAW juga bersabda:

مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ فَلْيَقُلْ خَيْرًا أَوْ لِيَصْمُتْ

“Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaknya dia mengucapkan perkataan yang baik atau diam.” (Muttafaqun ‘alaih dari hadits Abu Hurairah ra)

Al-Imam Asy-Syafi’i berkata: “Makna hadits ini adalah apabila seorang hamba ingin berbicara, hendaknya dia berpikir terlebih dahulu. Apabila telah nampak jelas baginya bahwa tidak ada kerugian/madharat terhadap dirinya, hendaknya dia mengatakannya. Namun apabila nampak jelas baginya kerugian/madharat atau dia ragu-ragu, maka hendaknya dia diam.” (Syarh Shahih Muslim, 1/222)

Sumber: Majalah Asy-Syariah

Yuk Menyembelih Hewan Qurban Sendiri

Hari Selasa, 15 Oktober 2013, Insya Allah muslimin Indonesia akan melaksanakan shalat ‘Idul Adha di tanah lapang dalam rangka memperlihatkan syiar Islam, dilanjutkan dengan penyembelihan hewan qurban.

Disunahkan hewan qurban disembelih sendiri oleh muslim yang berqurban, Rasulullah pun menyembelih hewan qurbannya dengan tangannya sendiri.

Tata cara penyembelihan hewan qurban adalah:
1. Persiapkan pisau yang tajam dan diasah sebelum digunakan

مَا أَنْهَرَ الدَّمَ وَذُكِرَ اسْمُ اللهِ عَلَيْهِ فَكُلْ، لَيْسَ السِّنَّ وَالظُّفْرَ، أَمَّا السِّنُّ فَعَظْمٌ وَأَمَّا الظُّفْرُ فَمُدَى الْحَبَشَةِ

“Segala sesuatu yang memancarkan darah dan disebut nama Allah padanya maka makanlah. Tidak boleh dari gigi dan kuku. Adapun gigi, itu adalah tulang. Adapun kuku adalah pisau (alat menyembelih) orang Habasyah.” (HR. Al-Bukhari no. 5498 dan Muslim no. 1968)

يَا عَائِشَةُ، هَلُمِّي الْمُدْيَةَ. ثُمَّ قَالَ: اشْحَذِيهَا بِحَجَرٍ

“Wahai Aisyah, ambilkanlah alat sembelih.” Kemudian beliau berkata lagi: “Asahlah alat itu dengan batu.” (HR. Muslim no. 1967)

Asah Sebelum digunakan

Asah Sebelum digunakan

2. Merebahkan hewan tersebut dan meletakkan kaki (penyembelih) pada rusuk leher hewan qurban

Diriwayatkan dari Anas bin Malik ra, tentang tata cara penyembelihan yang dicontohkan Rasulullah:

وَيَضَعُ رِجْلَهُ عَلىَ صِفَاحِهِمَا

“Dan beliau meletakkan kakinya pada rusuk kedua kambing tersebut.” (HR. Al-Bukhari no. 5565 dan Muslim no. 1966)

Juga hadits Aisyah ra:

فَأَضْجَعَهُ ثُمَّ ذَبَحَهُ

“Lalu beliau rebahkan kambing tersebut kemudian menyembelihnya.”

3. Pastikan letak/posisi Al-Wadjan, Al-Hulqum dan Al-Mari`
Al-Wadjan adalah dua urat tebal yang meliputi tenggorokan
Al-Hulqum adalah tempat pernafasan.
Al-Mari` adalah tempat makanan dan minuman.

Hewan qurban SAH disembelih apabila
– terputus semua maka itu lebih afdhal.
– terputus al-wadjan dan al-hulqum maka sah.
– terputus al-wadjan dan al-mari` maka sah.
– terputus al-wadjan saja maka sah.

Hewan Kurban

Hewan qurban TIDAK SAH disembelih apabila
– terputus al-hulqum dan al-mari`, terjadi perbedaan pendapat. pendapat yang kuat adalah tidak sah.
– terputus al-hulqum saja maka tidak sah.
– terputus al-mari` saja maka tidak sah.
– terputus salah satu dari al-wadjan saja, maka tidak sah. (Syarh Bulugh, 6/52-53)

Hewan Qurban

Hewan Qurban


4. Membaca BISMILAH ALLAHU AKBAR tatkala hendak menyembelih hewan,
Ini merupakan syarat yang tidak bisa gugur baik karena sengaja, lupa, ataupun jahil (tidak tahu). Bila dia sengaja atau lupa atau tidak tahu sehingga tidak membaca basmalah ketika menyembelih, maka dianggap tidak sah dan hewan tersebut haram dimakan.
Dasarnya adalah keumuman firman Allah :
“Dan janganlah kamu memakan binatang-binatang yang tidak disebut nama Allah ketika menyembelihnya.” (Al-An’am: 121)
Syarat ini juga berlaku pada penyembelihan hewan qurban. Dasarnya adalah hadits Anas z riwayat Al-Bukhari (no. 5565) dan Muslim (no. 1966), bahwa Nabi n berqurban dengan dua kambing kibasy yang berwarna putih bercampur hitam lagi bertanduk:

وَيُسَمِّي وَيُكَبِّرُ

“Beliau membaca basmalah dan bertakbir.”

5. Diperbolehkan berdoa kepada Allah agar sembelihannya diterima oleh-Nya.
Sebagaimana tindakan Rasulullah, beliau berdoa:

اللَّهُمَّ تَقَبَّلْ مِنْ مُحَمَّدٍ وَآلِ مُحَمَّدٍ وَمِنْ أُمَّةِ مُحَمَّدٍ

“Ya Allah, terimalah (sembelihan ini) dari Muhammad, keluarga Muhammad, dan umat Muhammad.” (HR. Muslim no. 1967, dari Aisyah ra)

Dengan menyembelih sendiri hewan qurban, maka akan terhindar dari perdebatan mengenai upah potong.
Karena tidak diperbolehkan memberikan upah dari hewan qurban tersebut apapun bentuknya, baik itu kulit, kepala atau bagian lain, sebagai upah kepada tukang sembelih. Namun bila diberi dalam bentuk uang atau sebagian dari hewan tersebut dengan niat shadaqah bukan sebagai upah, maka diperbolehkan.

Dalil dari beberapa perkara di atas adalah hadits Ali bin Abi Tahlib ra, dia berkata:

أَمَرَنِي رَسُولُ اللهِ n أَنْ أَقُومَ عَلَى بُدْنِهِ وَأَنْ أُقَسِّمَ لُـحُومَهَا وَجُلُودَهَا وَجِلَالـَهَا عَلَى الْـمَسَاكِينِ وَلَا أُعْطِي فِي جَزَارَتِهَا شَيْئًا مِنْهَا

“Nabi memerintahkan aku untuk menangani (penyembelihan) unta-untanya, membagikan dagingnya, kulit, dan perangkatnya kepada orang-orang miskin dan tidak memberikan sesuatu pun darinya sebagai (upah) penyembelihannya.” (HR. Al-Bukhari no. 1717 dan 1317)

Wallahu a’lam bish-shawab.

Awas makanan haram

image

“Daging mana saja yang tumbuh dari sesuatu yang haram maka neraka lebih pantas untuknya”.

Makanan yang haram dalam Islam ada dua jenis:

1. Ada yang diharamkan karena dzatnya. Maksudnya asal dari makanan tersebut memang sudah haram, seperti: bangkai, darah, babi, anjing, khamar, dan selainnya.

2. Ada yang diharamkan karena suatu sebab yang tidak berhubungan dengan dzatnya. Maksudnya asal makanannya adalah halal, akan tetapi dia menjadi haram karena adanya sebab yang tidak berkaitan dengan makanan tersebut. Misalnya: makanan dari hasil mencuri, upah perzinahan, sesajen perdukunan, makanan yang disuguhkan dalam acara-acara ritual sesat, dan lain sebagainya.

Satu hal yang sangat penting untuk diyakini oleh setiap muslim adalah bahwa apa-apa yang Allah telah halalkan berupa makanan, maka disitu ada kecukupan bagi mereka (manusia) untuk tidak mengkonsumsi makanan yang haram.

Berbahagialah mereka yang dapat menahan masuknya makanan haram membentuk dagingnya dan keluarganya.

[Muqaddimah Al-Luqothot fima Yubahu wa Yuhramu minal Ath’imah wal Masyrubat dan muqaddimah Al-Ath’imah karya Al-Fauzan]

Penyakit Ikan Narsis: Fungal infections

Plate 6. (p. 39) Fungal infections: a. Saprolegnial hyphae and sporangia, skin of Oreochromis aureus × niloticus, Israel. b. Branchiomyces infection in carp gills, Israel (by courtesy of S. Sarig). c. Ichthyophonus bodies in gill tissue of Mugil cephalus, S. Africa. d. Ichthyophonus granuloma in spleen of M. cephalus, S. Africa. e–k. Visceral granuloma caused by Dermocystidium-like organisms in goldfish, Israel. e, Giemsa stained organisms in a smear and f,g, live, viewed by Nomarski microscopy. h. Transmission electron microscopic view.

Plate 6. (p. 39) Fungal infections: a. Saprolegnial hyphae and sporangia, skin of Oreochromis aureus × niloticus, Israel. b. Branchiomyces infection in carp gills, Israel (by courtesy of S. Sarig). c. Ichthyophonus bodies in gill tissue of Mugil cephalus, S. Africa. d. Ichthyophonus granuloma in spleen of M. cephalus, S. Africa. e–k. Visceral granuloma caused by Dermocystidium-like organisms in goldfish, Israel. e, Giemsa stained organisms in a smear and f,g, live, viewed by Nomarski microscopy. h. Transmission electron microscopic view.

Plate 7. (below) Fungal infections continued: i-j, histological sections of granulomata in the kidney, C, necrotic core, E, epitheloid and fibroblast envelope, p, parasites at the periphery of the lesion, arrows, single and multiple parasite bodies. I,m. Granuloma with Dermocystidium-like organisms in livers of Oreochromis aurea × niloticus, Israel (Figures e,f,g, photographed by J.H. Landsberg).

Plate 7. (below) Fungal infections continued: i-j, histological sections of granulomata in the kidney, C, necrotic core, E, epitheloid and fibroblast envelope, p, parasites at the periphery of the lesion, arrows, single and multiple parasite bodies. I,m. Granuloma with Dermocystidium-like organisms in livers of Oreochromis aurea × niloticus, Israel (Figures e,f,g, photographed by J.H. Landsberg).

Relate posts :
Viral Infections Bacterial Infections

source : FAO