Archive for September 13th, 2013

Industri Patin 2013: Perlu 1.3 juta ton pakan

Jakarta, 21/6 (ANTARA) –

image

Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) telah mematok produksi ikan Patin tahun 2013 mencapai 1,1 juta ton. Dari terget ini diperkirakan akan  membutuhkan pakan ikan sebesar 1,3 juta ton. Kebutuhan pakan ini terus meningkat menjadi 2,2 juta ton pada tahun 2014 karena target produksi patin juga meningkat menjadi 1,8 juta ton. Peningkatan kebutuhan pakan ikan seiring dengan peningkatan produksi ikan, tidak akan bisa dihindari. Untuk itu diperlukan adanya kerjasama antara pabrik pakan dan pemerintah, baik pusat dan daerah. Program ini untuk mendukung ketersediaan pakan bermutu dengan harga terjangkau, sehingga tidak membebani pembudidaya. Demikian disampaikan Direktur Jenderal Perikanan Budidaya , Slamet Soebjakto, ketika mengunjungi pabrik pakan PT. Sinta Prima Feedmill bersama Gubernur Jambi di Cileungsi, Bogor (19/6/2013
)

Menurut Slamet, pakan hingga saat ini masih menjadi kendala dalam budidaya perikanan. Pakan merupakan komponen biaya terbesar dalam usaha budidaya ikan, hingga mencapai 70%  hingga  80%. Untuk itu ketersediaan pakan yang berkualitas, terutama dengan pendirian pabrik pakan ikan di dekat lokasi budidaya menjadi sangat penting. Provinsi Jambi menjadi salah satu contoh daerah yang mampu memadukan industri perikanan budidaya dengan pabrik pakan ikan dalam satu wilayah. Jambi sebagai salah satu sentra patin di Indonesia, telah berinisiatif untuk mendukung program ini melalui jalinan kerjasama dengan PT. Sinta Prima Feedmill untuk menyediakan pakan ikan patin. Program tersebut dengan tujuan untuk lebih mendekatkan pasar dan produsen pakan, sehingga dapat mengurangi harga pakan yang selama ini menjadi kendala dalam budidaya patin. “Pendirian pabrik pakan ikan, seperti di Jambi ini akan mendukung program industrialisasi perikanan budidaya, khususnya komoditas patin,” tegasnya.

Slamet menjelaskan, program Industrialisasi perikanan budidaya khususnya untuk komoditas patin terus menunjukkan hasil. Salah satu contohnya adalah budidaya Patin di Jambi. Bahkan, selain kerjasama dalam penyediaan pakan ikan patin dengan dengan PT. Sinta Prima Feedmill, provinsi Jambi juga menjalin kerjasama dalam hal penyediaan jagung sebagai bahan baku pakan. “Kerjasama dan sinergi yang berkelanjutan antara pemerintah, baik pusat dan daerah, swasta dan seluruh stake holder, akan menjadikan semua permasalahan menjadi mudah untuk diatasi. Kita semua harus bekerjasama untuk kemajuan perikanan budidaya, dengan tujuan akhir peningkatan kesejahteraan pembudidaya ikan,” tandas Slamet.

Slamet menambahkan, selain benih berkualitas, penerapan teknologi terkini dalam produksi pakan ikan juga diperlukan. Salah satunya adalah Maggot sebagai bahan baku pembuatan pakan ikan. Untuk itu, KKP terus mengembangkan  penggunaan berbagai bahan baku, seperti maggot sebagai bahan baku pakan ikan. Hanya saja, untuk maggot terdapat persoalan yang harus diselesaikan yaitu mahalnya media pertumbuhan maggot. Kendala ini perlu dukungan pemerintah daerah melalui pembuatan kebijakan, terkait ketersediaan limbah produksi minyak kelapa sawit atau ampas minyak kelapa sawit. Dimana, pengusaha minyak kelapa sawit diharapkan tidak menjual limbah tersebut dengan harga tinggi sehingga dapat dimanfaatkan oleh pembudidaya atau oleh pabrik pakan, untuk memproduksi maggot.”Jika pola tersebut terbangun, hal ini dapat menjadi bukti keberpihakan perusahaan kepada masyarakat”, tegasnya.

Sumber: antaranews.com

Patin: Sumber Omega-3 Tinggi

Jakarta (ANTARA News) –

image

Asam-asam lemak tak jenuh yang termasuk ke dalam kelompok asam lemak Omega-3 banyak terdapat di lemak abdomen atau isi perut ikan patin.

Berbagai jasad renik (mikroba) air yang memanfaatkan bahan organik abdomen ikan patin diketahui dapat mengembangkan populasinya secara cepat, seperti dikutip dari Jurnal “Ecolab” edisi Juli 2008.

Penelitian yang dikembangkan oleh para ahli dari Institut Pertanian Bogor (IPB) dan Universitas Nusa Bangsa itu menjelaskan bahwa kepala dan isi perut ikan patin kerap menjadi limbah dalam proses pemanfaaatan ikan patin.

Isi perut ikan patin yang berbau amis serta kurangnya pengetahuan tentang cara mengolah, membuat banyak orang memilih membuang abdomen ikan tersebut begitu saja dan menimbulkan pencemaran di lingkungan.

RTM Sutamihardja, peneliti dari IPB, mengatakan, “Bila diolah dengan tepat, isi (perut) ikan patin justru bisa menjadi sumber minyak ikan yang mengandung Omega-3 tinggi.”

Berdasarkan penelitian di laboratorium kimia, hasil kandungan total asam lemak jenuh di isi perut ikan patin adalah 23,96 persen dan asam lemak tak jenuh sebanyak 59,23 persen.

Isi perut ikan patin mengandung asam oelat 44,13 persen, asam linoleat 19,01 persen, asam palmitoleat 7,24 persen, dan asam palmitat 22,14 persen. Sementara asam kaprilat hanya 0,12 persen, alias sangat kecil sekali.

Sumber : antaranews.com