Mengapa bibit yang baru dibeli, banyak yang sakit?
Apakah karena dikirim dari suatu daerah tertentu?
Kadang pertanyaan tersebut muncul dibenak pembudidaya yang baru mulai merintis usaha dibidang perikanan.
Pembeli biasanya menghendaki bibit dengan ukuran seragam. Untuk mendapat ukuran yang seragam itu penjual akan melakukan penyortiran, yang biasanya menggunakan bak sortir, ada pula yang menggunakan jaring sortir. Pada proses penyortiran ini biasanya akan berdapak pada kesehatan ikan bila tidak dilakukan dengan hati.
Untuk ikan yang bersisik seperti gurame, bawal, nila dan yang lainnya, bila ada satu sisik yang terkelupas dan belum sempat diobati, lalu langsung masuk ke kolam budidaya tanpa masuk ke kolam karantina. Maka besar peluang bibit terjangkit parasit seperti cotton wool (jamur) atau trichodina (ban truk).
Biasanya pembeli (pembudidaya) belum memiliki kolam karantina, untuk itu sangat penting membeli bibit ikan dari penjual yang sudah melakukan pengobatan dan karantina minimal 3 hari sejak dilakukan penyortiran.
Penggunaan antibiotik didunia perikanan adalah hal yang lumrah. Namun penggunaannya sebaiknya dengan cara yang bijak.
Seperti halnya manusia, bila terkena batuk atau radang tenggorokan, sebagian orang meyakini Amoxilin 10 butir dapat menyembukan. Sebagian lagi cukup dengan jeruk nipis plus kecap, atau rebusan daun sirih dapat menyembuhkan penyakit yang sama.
Dalam kasus lain misalnya, seorang pembudidaya gurame membeli telur umur 3 hari, dimana telur sudah menetas dan sudah terlihat buntut halus. Saat ikan dikemas untuk pengiriman jarak jauh untuk plastik 5 kg sebaiknya diisi telur gurame kurang dari 5.000 ekor. Bila keadatan telur berlebih maka pada saat ikan berusia 5 hari akan banyak terlihat ikan tidak normal, bengkok ekor belakang.
Ada beberapa presepsi yang kurang benar dikalangan pembudidaya. Mereka menarik kesimpulan dari apa yang mereka alami, bahwa bibit ikan Patin dari daerah B ‘katanya’ kurang bagus. Pembudidaya dari daerah lain banyak yang bilang, bibit Gurame dari daerah A ‘katanya’ tidak cocok untuk dibudidayakan di daerah B. Daerah tempat budidaya tidak ada hubungannya dengan kwalitas atau kesehatan bibit ikan.
Yang pasti kondisi airlah yang sangat mempengaruhi kesehatan ikan. Unsur air dalam kolam budidaya seperti kadar oksigen (DO), kesadahan, kadar amoniak, pH, suhu, kadar logam berat selalu terjaga pada ambang batas normal. Selain itu kehadiran parasit, bakteri serta virus dalam kolam budidaya. Tidak kalah penting adalah penanganan bibit saat panen harus dilakukan dengan hati-hati.
Sementara kwalitas bibit ikan dipengaruhi oleh cara berbudidaya.
Secara umum kwalitas dan kesehatan bibit tidak dipengaruhi oleh daerah pembudidaya. Lebih kepada cara berbudidaya yang baik dan benar.
Salam.
empangqq.com